Gumuk Pasir Parangkusumo di Yogyakarta bukan hanya fenomena geologi yang unik, tetapi juga lokasi yang sarat dengan kisah sejarah dan mitologi Jawa. Tempat ini diyakini sebagai petilasan, atau tempat suci, di mana terjadi pertemuan bersejarah antara pendiri Kesultanan Mataram Islam, Panembahan Senopati, dengan Nyi Roro Kidul, sang Ratu Pantai Selatan. Pertemuan ini menjadi legenda yang menentukan nasib Kerajaan Mataram.

Menurut Babad Tanah Jawi, Panembahan Senopati sengaja melakukan meditasi dan tirakat di kawasan pantai selatan untuk mencari legitimasi spiritual bagi kerajaannya. Kekuatan spiritualnya yang besar menarik perhatian Nyi Roro Kidul. Sang ratu kemudian muncul dari ombak, bersedia membantu Senopati dalam urusan pertahanan dan spiritual kerajaan Mataram Islam.

Pertemuan legendaris itu terjadi di area gundukan Pasir Parangkusumo. Konon, Nyi Roro Kidul menawarkan perjanjian gaib yang mengikat Mataram dengan kekuasaan spiritualnya di laut. Perjanjian ini dipercaya sebagai landasan spiritual yang mengokohkan takhta Mataram. Jejak spiritual pertemuan ini masih terasa kental, menjadikannya tempat yang sangat disakralkan.

Hingga kini, Pasir Parangkusumo dianggap sebagai gerbang spiritual menuju keraton gaib Nyi Roro Kidul. Banyak orang, khususnya kerabat Keraton Yogyakarta, melakukan ritual tertentu di lokasi ini. Ritual tersebut adalah bentuk penghormatan dan pembaruan janji spiritual yang telah dibuat oleh leluhur mereka, Panembahan Senopati, ratusan tahun silam.

Fenomena gumuk pasir itu sendiri, yang mirip dengan padang gurun, menambah keunikan Parangkusumo. Meskipun secara ilmiah terbentuk dari endapan vulkanik Gunung Merapi yang terbawa sungai, bagi masyarakat setempat, gumuk pasir tersebut memiliki dimensi spiritual yang kuat, menyimpan energi dari pertemuan dua kekuatan besar di masa lalu.

Pasir Parangkusumo adalah simbol perpaduan antara alam, sejarah, dan mitologi. Kisah ini mengajarkan tentang bagaimana kekuatan spiritual dan politik saling terkait dalam budaya Jawa. Gumuk pasir menjadi penanda fisik dari janji spiritual yang mengikat dua alam: alam manusia (kerajaan Mataram) dan alam gaib (kerajaan Laut Selatan).

Pemerintah setempat menjaga kelestarian kawasan ini sebagai situs cagar alam dan budaya. Wisatawan diizinkan mengunjungi dan menikmati keindahan alamnya, namun selalu diimbau untuk menjaga etika dan sopan santun. Penghormatan terhadap nilai-nilai spiritual dan tradisi lokal menjadi kunci saat berada di kawasan yang dianggap sakral ini.

Maka, setiap langkah di Gumuk Pasir Parangkusumo adalah sebuah napak tilas sejarah. Kisah Panembahan Senopati dan Nyi Roro Kidul terus hidup, menegaskan bahwa warisan budaya dan mitologi Jawa adalah harta yang tak ternilai harganya. Tempat ini adalah jendela menuju masa lalu spiritual Nusantara yang kaya.