Gordang Sambilan adalah salah satu kekayaan budaya Indonesia yang tak ternilai, sebuah seperangkat sembilan gendang besar yang dimainkan oleh enam orang. Instrumen musik tradisional ini berasal dari suku Mandailing, Sumatera Utara, dan menjadi jantung dari berbagai upacara adat. Suara khasnya yang ritmis dan melodi yang kompleks tidak hanya menghibur, tetapi juga sarat makna filosofis dan spiritual yang mendalam bagi masyarakatnya.
Keunikan Gordang Sambilan terletak pada jumlah gendangnya yang sembilan, masing-masing dengan ukuran berbeda dan menghasilkan nada yang bervariasi. Enam pemain bekerja sama secara harmonis untuk menciptakan suara yang berlapis dan dinamis. Harmonisasi ini merefleksikan nilai kebersamaan dan kekompakan yang sangat dijunjung tinggi dalam budaya Mandailing, menunjukkan betapa pentingnya kerja sama tim.
Dalam berbagai upacara adat, peran Gordang Sambilan sangat sentral. Pada pernikahan, instrumen ini dimainkan untuk menyambut kedatangan pengantin, melambangkan kebahagiaan dan harapan akan masa depan yang cerah. Sementara itu, dalam upacara pemakaman, suara gendang ini mengiringi prosesi duka, memberikan penghormatan terakhir dan mengantarkan arwah kepergian dengan penuh khidmat.
Suara khas yang dihasilkan oleh tidak hanya sekadar bunyi. Melodi kompleksnya seringkali menceritakan kisah, menyampaikan pesan, atau memanggil arwah leluhur dalam konteks ritual. Setiap pukulan dan irama memiliki arti tersendiri yang dipahami oleh masyarakat Mandailing, menjadikan musik ini sebagai bahasa komunikasi spiritual dan budaya yang kaya.
Sebagai warisan tak benda, pelestarian Gordang Sambilan menjadi tanggung jawab bersama. Berbagai upaya dilakukan, mulai dari pengajaran kepada generasi muda, pentas seni budaya, hingga penelitian akademis. Tujuannya adalah agar gendang-gendang ini tidak hanya dikenal sebagai alat musik, tetapi juga dipahami makna sejarah dan budayanya, terus mengalir dalam kehidupan masyarakat Mandailing.
Mengenal Gordang Sambilan berarti menyelami kekayaan budaya suku Mandailing. Instrumen ini bukan sekadar alat musik, melainkan simbol identitas, penjaga tradisi, dan medium yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Semoga keberadaan Gordang Sambilan terus lestari, menginspirasi kita semua untuk menghargai dan melestarikan keragaman budaya Indonesia.